Para ahli arkeologi dapat menentukan umur fosil yang ditelitinya dengan bantuan isotop karbon-14 (¹⁴C). Teknik penentuan umur fosil ini pertama kali dikembangkan oleh Willard Libby asal Amerika. Berkat penemuan ini, Libby memperoleh Nobel Kimia pada tahun 1960.
Astmosfer mengandung berbagai gas, diantaranya gas karbon dioksida (CO₂). Isotop karbon-14 (¹⁴C) yang terkandung di dalam karbon dioksida dapat masuk ke rantai makanan melalui proses fotosintesis pada tumbuhan dan menjadi bagian dari organisme hidup lainnya.
Begitulah selama organisme itu hidup, jumlah isotop karbon-14 (¹⁴C) ini terus diperbarui. Suatu saat jika organisme itu mati, kandungan karbon-14 (¹⁴C) dalam tubuhnya semakin berkurang, dan mengalami peluruhan hingga kehilangan separuh massanya dalam rentang waktu 5.568 tahun, suatu periode yang disebut dengan waktu paruh. Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan suatu zat untuk meluruh hingga bersisa 50% dari jumlah mula-mula.
Dengan meneliti kandungan karbon-14 (¹⁴C) dalam organisme mati tersebut, maka umur suatu fosil tersebut dapat ditentukan.
Semakin tua sebuah fosil, maka akan semakin sedikit kandungan isotop karbon-14 (¹⁴C)-nya.
Oleh karena itu, para arkeolog memanfaatkan keaktifan (kandungan) isotop karbon-14 (¹⁴C) dalam suatu fosil untuk menentukan umur fosil tersebut hidup pada zaman purbakala hingga waktu ditemukannya.
Demikian pembahasan topik Penentuan Umur Fosil dengan Isotop Karbon-14, jika ada yang ingin ditanyakan, silahkan sampaikan di kolom komentar.
Semoga bermanfaat.